Berpulang

Melayat atau bahkan hanya mendengar kabar meninggalnya seseorang pasti mengingatkan batas umur kita sendiri, walau mungkin kesannya bisa berbeda di tiap peristiwanya.
Seperti seorang teman yang bercerita anak tetangganya yang masih balita meninggal terlindas mobil tetangga yang lain tanpa sengaja, tentu mengingatkan kita, betapa kapan ajal menjemput kita sepenuhnya kuasa Allah.
Atau cerita tetangga tentang kerabatnya yang terkenal baik&dermawan harus menghadapi sakaratul maut yang sulit, tapi pembantunya yang hampir bersamaan waktu meninggalnya justru mudah sekali prosesnya, Allah Maha Berkehendak atas cara kita meninggal.
Tapi satu lagi pelajaran dari ‘berpulang’ yang saya dapat adalah pagi tadi, saat nenek sepupu canggah saya(saudara kandung dari ibunya nenek saya langsung) meninggal dunia dalam usia yang sangat sepuh/tua, sepupu2 saya yang terkejut serentak mengabari, padahal di tingkat kami, cicitnya, bisa dihitung jari kapan kami bertemu beliau.
Yang tidak kalah terkejut adalah nenek saya, walaupun beliau pasti tahu umur nenek canggah mungkin tidak lama lagi, ini karena nenek canggah tampak fit dan care terhadap kabar cucu cicitnya bahkan sampai saat terakhirnya. Dari suara nenek yang ditegar-tegarkan saat menerima telp saya, tergambar jelas kehilangan itu, saya jadi sadar, sampai umur berapapun, dengan persiapan apapun, seorang anak akan tetap merasa kehilangan saat orangtuanya berpulang ke tempatNya…sedih tapi tak terelakkan…
Mudah-mudahan Allah menjadikan akhir hidup kita husnul khatimah