Anomali

Sepagian ini saya menemukan anomali yang indah…

Saya naek angkot, sopirnya rapi dan santun. Biasanya sopir nggak begitu kan ya..
ternyata kita gak perlu harus ikut arus, gak selalu perlu ikut jadi ‘keras’ di lingkungan ‘keras’

Seorang anak sumbing dengan suara sengau mengamen di pintu kopaja. Hilir mudik orang naik turun, hanya seorang ibu yang sangat sangat sederhana yang menyelipkan uangnya di kantong permen tadahan receh si pengamen.
perduli..satu kata ini penting, luas sekali maknanya…

Di angkutan berikutnya, seorang bapak2 yang nampak gahar tampilannya, berjambang, bermata merah, tato, berjaket, memberikan tempat duduknya agar seorang ibu berumur dengan banyak barang bawaan gak duduk menempel pintu angkot di kursi ‘artis’ (kursi kecil tambahan yang menghadap belakang).
bekal nurani itu ada dalam setiap diri, jangan biarkan mati

Memikirkannya saya jadi tersenyum sendiri..sampai lama..
Tapi lalu satu kesimpulan lagi saya dapatkan, mungkin saya sendiri anomali, dengan begitu banyak pelajaran di setiap waktu, sering saya lewatkan hikmahnya..
 

47 Comments (+add yours?)

  1. Masdin
    Apr 26, 2010 @ 10:28:33

    Benar-benar sekarang yah, justru hal-hal yang baik sudah menjadi sebuah anomali karena saking jarangnya terjadi, padahal hal-hal seperti harusnya menjadi sebuah “normalitas”, hehehe 🙂

    Reply

  2. zipoer7
    Apr 26, 2010 @ 10:55:03

    Salam Takzim
    lagi enak enaknya ngontel eh ada yang minta bonceng, semoga jadi nilai anomali ya, tulisannya penuh makna, mbak wiwi. bikin letihku pulih berangsur angsur
    Salam Takzim Batavusqu

    Reply

    • wigati
      Apr 27, 2010 @ 06:23:50

      😀 mas Isro, mbonceng, perjalanan silaturrahim sudah jarang dilakukan orang sekarang, dan saya belajar itu dari mas. semoga mas sehat terus, jadi bisa bonceng terus. *loh kok malah ngobrol boncengan* hehe

      Reply

  3. nakjaDimande
    Apr 26, 2010 @ 12:44:41

    malu.. saat mendapati diri tak bisa berbuat lebih baik daripada orang2 yang kita anggap rendah.

    rendah tinggi di mata Allah, sudah jelas ya WI..

    Reply

  4. yoriyuliandra
    Apr 26, 2010 @ 13:07:47

    Wah, anomali yang bikin rugi kalo tidak sempat membuat diri belajar memahami. Hikmah memang ada di mana dan kapan saja.

    Lebih banyak hikmah yang dapat diambil orang bijak dari orang dungu dibandingkan dengan pelajaran yang dapat diambil oleh orang dungu dari orang bijak sekalipun (Plato)

    Reply

  5. shaleh
    Apr 26, 2010 @ 13:39:06

    Alhamdulillah sich Ka, masih bisa berpikir bahwa kita blom sepenuhnya bsa mengambil hikmah dari yg kita dapatkan ketimbang sama sekali ga pernah terpikir bahwa ada hikmah dalam setiap kehidupan kita jalani …

    *sambil berpikir, enaknya yg libur di Hari senin … :D*

    Reply

    • wigati
      Apr 27, 2010 @ 06:34:43

      iya sih ding, tapi harusnya ka2 makin peka sih, ndak nunggu lihat kebaikan2 baru tersentil hikmah..
      *ye yang masuk Senin gak ada kerjaan tuh..:D*

      Reply

      • shaleh
        Apr 27, 2010 @ 12:52:02

        Tp syukuri aja Ka ae yg di dapat walaupun mesti hrs lwat orang lain dulu n terus berusaha bhwa mencari kebaikan sndiri tnpa hrs mlihat org lain lagi. Tp yg jelas semuanya trgantung niat aja Ka ae, mau lwat org lain ato tidak yg penting karena Allah. He_.

        *Tp lbh enak lagi di rumah drpd kerja tp nganggur juga, lumayan ga bersihin sepatu bot … hehehe_*

  6. Usup Supriyadi
    Apr 26, 2010 @ 14:33:14

    yang penting segala anomali yang tersingkap, tak lantas hanya menjadi anomali dimana setelahnya kita haus mencri yang lebih, lebih dan lebih, jadikan itu pelajaran yang berharga ….. *ngawur nggak sih komenku ini mbak’e?* 😆

    Reply

    • wigati
      Apr 27, 2010 @ 06:36:37

      iya, biar nanti2 gak jadi anomali, tapi jadi kebiasaan baik yang sudah biasa kita lakukan ya mas..*ngawur sih ndak, cuman mbulet :D..gak kok..*

      Reply

  7. didot
    Apr 26, 2010 @ 15:45:01

    seandainya tak ada anomali itu ,mungkin saya hari ini bukan seorang muslim wi?

    dilahirkan dari pria yg tak pernah sholat,dari keluarga katholik yg taat ,tapi itulah anomali Allah untuk saya,lalu mengapa saya tidak banyak bersyukur? ah mungkin itu juga anomali…

    Reply

    • wigati
      Apr 27, 2010 @ 06:40:55

      🙂 ternyata anomali bisa jadi anugerah kalau makin mendekatkan kita sama Allah ya mas..hmm, jadi ketagihan lihat anomali2 baik lainnya..

      Reply

  8. shalimow
    Apr 26, 2010 @ 16:05:47

    salam kenal ibu wigati, anomali memang ada dimana saja
    terkait paradigma juga ya bagi yang mengamati, bisa anomali apabila yang mengamati……..
    makaci

    Reply

    • wigati
      Apr 27, 2010 @ 06:43:29

      salam kenal pak shalim
      kok titik2 ujungnya ya, ” ..apabila yang mengamati adalah seorang yang kurang wawasan ?”…kah maksud bapak? :D, saya akan belajar pak, lebih giat.

      Reply

  9. mahesapandu
    Apr 26, 2010 @ 19:37:32

    “Anomali”, menurut saya kejadian kecil yang penuh makna tadi adalah yang seharusnya bukan Anomali. Betapa kita sering tertipu karena selalu melihat dan memandang sebuah pribadi hanya dari terlihat, kita terjebak pada citra yang kita ciptakan sendiri tanpa mau berkompromi dengan realitas dan konsep lipstick oriented yang bagi sebagian orang adalah sampah..

    Tidak semua orang mau bersibuk-sibuk untuk kursus kepribadian yang dengan segala upaya membungkus pribadi kita untuk mendapatkan sebuah “pribadi dan karakter baru”.
    (Just Opinion)

    Reply

    • wigati
      Apr 27, 2010 @ 06:45:58

      What an opinion mas pandu d^_^. .iya nih, saya perlu kursus kepribadian langsung sama Yang Membuat Pribadi, biar upgrade dan gak kerdil terus pikirannya. doakan cepat pinter ya mas 😀

      Reply

  10. yanrmhd
    Apr 26, 2010 @ 21:06:54

    bersyukurlah Wi’, itu sebuah nasihat kehidupan yang tersirat,
    ternyata masih ada nilai2 positif dlm kehidupan serba sulit ini 🙂

    selama hatinya belum mati, ia akan selau berusaha menampilkan yang terbaik…

    tetap semangat, istiqomah!! :mrgreen:

    Reply

    • wigati
      Apr 27, 2010 @ 06:47:20

      iyah mas, harus dikasih makanan&vitamin yang baik nih hatinya, biar makin gampang nyerap kebaikan…
      wah, aku jadi semangat, makasih 😀

      Reply

  11. Asop
    Apr 26, 2010 @ 21:18:47

    Sungguh bermakna…. 🙂

    Reply

  12. zhaomoli
    Apr 27, 2010 @ 07:42:04

    bisa memaknai semua yang terjadi disekitar setiap saat..hebat
    🙂
    salam kenal yah sist…
    http://zhaomoli.wordpress.com

    Reply

  13. hanyanulis
    Apr 27, 2010 @ 11:05:29

    Sepertinya dalam hidup kita tidak bisa dipisahkan dari perspektif. Perspektif tentang hidup, tentang diri sendiri, tentang orang lain. Perspektif individu ini lalu mengalami generalisasi ketika sekelompok orang memiliki pandangan yang sama. Dimata saya, perspektif adalah sudut pandang, sudut pandang dalam melihat, menilai sesuatu. Impactnya, tentu saja perspektif itu sangat tergantung oleh “siapa” yang melakukannya. Tentu saja akan cenderung subyektif.

    Karena perspektiflah yang mendasari opini. Dan opini punya pengaruh besar membentuk mindset. Pola pikir. Dan ujung-ujungnya, mampu membentuk jadi diri. Entah itu pribadi, sekelompok orang, bahkan sampai ke level yang lebih besar. Lalu kenapa anomali?

    Karena menurut saya, secara makro, terutama di pikiran orang yang berada di lingkaran terdekat dan berada di level mayoritas, maka pendapat yang berbeda dari opini umum yang berlaku adalah anomali. Para anomali ini bisa dianggap telah menabrak dinding nilai-nilai yang diyakini kebenarannya. Pada anomali secara umum tengah menjadi maling yang hidup dilingkungan para kiai, atau bisa jadi malah sebaliknya. Itulah seorang anomali.

    Reply

    • wigati
      Apr 27, 2010 @ 20:18:19

      :D…:D..dengan kata lain, seharusnya ini bukan anomali ya mas. Ini kejadian biasa yang kebetulan terjadi depan saya yang mulai kena karat perspektif hedonis…
      terimakasih buat commentnya mas, nambah wawasan saya nih

      Reply

  14. Didien®
    Apr 27, 2010 @ 11:25:25

    sebenarnya ladang syurga itu ada dimana saja ya mbak?
    pakabar mbak wigati?
    maaf baru sempat berkunjung lagi, ada kesibukan yg sedang menghimpit saya akhir² ini…

    salam, ^_^

    Reply

    • wigati
      Apr 27, 2010 @ 20:21:46

      iya…kata mas didot, surga di dunia itu bisa kita ciptakan asal sesuai jalanNya mas dien 🙂
      ndak apa, semoga dimudahkan urusannya&berkah ya mas..

      Reply

  15. nurhayadi
    Apr 27, 2010 @ 12:13:30

    maaf tuk berpisah

    Reply

    • wigati
      Apr 27, 2010 @ 20:29:57

      loh…mas Nur mau kemana?
      oke deh, semoga selalu dalam berkah&lindungan Allah..
      maaf kalau selama ini ada salah2 kata ya mas. terimakasih share-nya.

      Reply

  16. Cahya
    Apr 27, 2010 @ 12:40:14

    Hmm…, mengapa itu menjadi “anomali”?

    Reply

  17. tarqy
    Apr 27, 2010 @ 14:11:10

    Tuhan menunjukkan bahwa ada kondisi lain dan itu beda dari yang ada disekitar kita. Tinggal nurani kita saja…

    Reply

  18. Sitopatop
    Apr 27, 2010 @ 23:01:50

    iya juga ya.. harusnya hal2 kek gitu jd sesuatu yg wajar.. karena dari kecil juga udah diajarin berbuat baik ma ortu dan guru.

    makasih pencerahannya, mbak. 🙂

    Reply

  19. bundadontworry
    Apr 28, 2010 @ 08:02:47

    ikut tersentil dgn tulisan ini, menyadari kalau diri sendiri, masih kurang peka dlm melakukan hal2 yg justru mampu dilakukan oleh mereka yg kita anggap rendah krn penampilannya saja.
    semoga bunda bisa memperbaiki diri lagi.
    terima kasih Mbak Wi utk tulisan yg sangat bermanfaat ini.
    salam

    Reply

  20. atmakusumah
    Apr 28, 2010 @ 09:13:35

    Entah, tapi saya melihatnya Tulisan singkat ini, sebagai Buah dari tafakur Mbak Wie…
    Karena ” Berpikir (tafakur) itu Pelita Hati, apabila daya berpikir itu hilang, maka hilanglah cahaya baginya”
    Dan cahaya itu kita bisa peroleh dimana saja kan Mbak Wie…agar kita juga bisa bermuhasabah, sibuk memeriksa diri sendiri, daripada mencari2 kesalahan org lain…
    teruslah bertafakur…biar cahaNYA, memantul kedalam hati kita… 🙂

    Reply

  21. kyaine
    Apr 28, 2010 @ 09:14:24

    prasangka buruk suka membutakan mata hati saya.
    mskpn saya sering menyaksikan anomali spt yg Wi alami itu, ttp saja susah menghilangkan prasangka itu.

    Reply

  22. jumialely
    Apr 28, 2010 @ 10:23:09

    selamat hari rabu pagi yang penuh senyum dan semangat ya mbak

    Reply

  23. Bee'J
    Apr 28, 2010 @ 11:39:20

    biarpun bertato, namun masih memiliki nurani…
    pelajaran hidup memang tidak mengenal ruang dan waktu… 😀

    Reply

  24. nurhayadi
    Apr 28, 2010 @ 17:03:20

    Datang berkunjung lagi mbak, belum rela berpisah nih 🙂 , semoga ini bukan kunjunganku terakir. Mampir ke blogku ya mbak, aku baru pamitan.

    Reply

  25. bayuputra
    Apr 28, 2010 @ 18:53:51

    sALAM KENAL DARI KALIMANTAN TENGAH.

    Reply

  26. hanifilham
    Apr 28, 2010 @ 20:40:52

    wah2… sungguh menyenangkan diberi kemampuan oleh Allah dapat melihat anomali2 itu, padahal gak semua orang memperhatikannya.

    Reply

  27. wahyu nurudin
    Apr 28, 2010 @ 21:20:28

    sekarang kita yang trouble. hati kita di mana sih?

    Reply

  28. achoey
    Apr 28, 2010 @ 22:33:19

    Selalu ada cara untuk melakukan kebaikan
    Selalu ada hikmah dari setiap kejadian 🙂

    Reply

  29. Bang Dje
    May 01, 2010 @ 14:57:54

    Kita sering terjebak dengan kata “biasanya” sehingga bila ada yang tidak “biasa” menjadi aneh padahal itulah yang benar. Dan seperti itulah Islam. Akan aneh (gharib) pada awal dan akhirnya. Selain itu hal yang “biasa” dikerjakan belum tentu adalah kebenaran. Perlu jiwa besar untuk mengoreksinya.

    Reply

Leave a comment